Total Tayangan Halaman

Rabu, 03 April 2013

VISI DAN MISI HMI

VISI DAN MISI HMI


Visi: 

Terbinanya insan akademis,pencipta,pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai oleh Allah taa’la.

Misi:a. Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah.

b. Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial dan budaya.

c. Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemaslahatan masa depan ummat manusia.

d. Memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan Dinnul Islam dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

e. Memperkuat ukhuwah Islamiyah sesama Umat Islam sedunia.

f. Berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan kepemudaan untuk menopang pembangunan nasional

g. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan huruf (a) s.d. (e) dan sesuai dengan azas, fungsi, dan peran organisasi serta berguna untuk mencapai tujuan organisasi.

MAKNA LAMBANG KOHATI

1. Makna lambang KOHATI:a. Bulan bintang, warna hijau, warna hitam, keseimbangan warna hijau dan hitam, warna putih, puncak tiga. Maknanya sebagaimana yang tercantum dalam lambang HMI.
b. Melati berarti lambang kasih sayang yang suci dan tulus.
c. Penyangga berarti lambang perempuan sebagai tiang Negara.
d. Buku terbuka berarti lambang Al-Quran sebagai dasar utama.
e. Tiga kelopak bunga berarti lambang tri darma perguruan tinggi.
f. Tulisan KOHATI berarti singkatan Korps-HMI-Wati.

2. Penggunaan Lambang
a. Lambang KOHATI digunakan untuk badge/lencana KOHATI yang pemakaiannya di baju dengan perbandingan 2:3.
b. Badge KOHATI digunakan pada acara-acara seremonial KOHATI dan acara resmi organisasi di luar KOHATI.
c. Lambang KOHATI tidak dipergunakan sebagai lambang pada kop surat dan stempel KOHATI.

Pengertian Kohati :

KOHATI adalah singkatan dari Korps-HMI-Wati.
KOHATI adalah badan khusus HMI yang bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan.
KOHATI adalah bidang keperempuanan di HMI setingkat.

Waktu dan Tempat Kedudukan :
KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 M pada Kongers VIII di Solo.
KOHATI berkedudukan di tempat kedudukan HMI.
KOHATI merupakan salah satu badan khusus HMI, yang secara struktural pengurus KOHATI ex officio pimpinan HMI dengan diwakili oleh Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Ketua Bidang.

KOHATI bersifat Semi-Otonom. Dalam operasionalisasi mekanisme organisasi, sifat semi-otonom ini mengandung arti bahwa KOHATI memiliki keleluasaan dan kewenangan dalam beraktivitas dan berkreativitas di dalam (intern) HMI, terutama dalam pembinaan potensi HMI di dalam wacana keperempuanan dalam mengembangkan kualitas kader HMI-Wati, baik dalam pengembangan wawasan maupun keterampilan yang sesuai dengan konstitusi HMI dan KOHATI yaitu AD dan ART HMI maupun Pedoman Dasar KOHATI serta kebijaksanaan umum HMI lainnya. Adapun dalam melakukan kegiatan yang bersifat luar (ekstern) HMI, KOHATI merupakan perpanjangan tangan HMI di semua tingkatan. Dengan kata lain kehadiran KOHATI pada aktivitas eksternal HMI merupakan pembawa misi perjuangan HMI. Oleh karenanya KOHATI harus senantiasa mengadakan koordinasi dengan HMI.

KOHATI berperan sebagai Pencetak dan Pembina Muslimah Sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Dan anggota KOHATI adalah HMI-Wati yang telah lulus Latihan Kader (LK I).

Tujuan :

KOHATI merumuskan tujuannya sebagai berikut : “Terbinanya Muslimah yang berkualitas Insan Cita” dan "insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu Wata ’ala". Dengan rumusan tujuan ini KOHATI memposisikan dirinya sebagai bagian yang ingin mencapai tujuan HMI (mencapai 5 kualitas insan cita) tetapi berspesialisasi pada pembinaan anggota HMI-Wati untuk menjadi muslimah yang berkualitas insan cita.

Sesuai dengan ide dasar pembentukannya, maka proses pembinaan di KOHATI ditujukan untuk peningkatan kualitas dan peranannya dalam wacana keperempuanan. Ini dimaksudkan bahwa aktifitas HMI-Wati tidak saja di KOHATI dan HMI, tetapi juga dalam masyarakat luas, terutama dalam merespon, mengantisipasi berbagai wacana keperempuanan. Dengan demikian, maka jelas bahwa tugas KOHATI adalah melakukan akselerasi pada pencapaian tujuan HMI.

Untuk dapat menjalankan peranannya dengan baik, maka KOHATI harus membekali dirinya dengan meningkatkan kualitasnya sehingga anggota KOHATI memiliki watak dan kepribadian yang teguh, kemampuan intelektual, kemampuan profesional serta kemandirian dalam merespon, mengantisipasi berbagai wacana keperempuanan yang berkembang dalam masyarakat

Akbar Tandjung Tegaskan HMI Tak Anti SBY


Akbar Tandjung Tegaskan HMI Tak Anti SBY

JAKARTA - Ketua Dewan Penasihat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Akbar Tandjung menegaskan HMI tidak anti terhadap SBY. Mereka hanya kritis terhadap apa yang sedang terjadi.

"Mereka hanya kritis apa yang sedang terjadi di sekitar mereka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," ujar Akbar usai acara pembukaan Kongres HMI di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat (15/3/2013).

Akbar menambahkan, kritisnya kader HMI berdasarkan nilai-nilai akademis sebagai mahasiswa. Nilai-nilai tersebut di antaranya nilai-nilai objektifitas, nilai-nilai rasional, nilai-nilai yang bertumpu pada kebenaran dan keadilan. Justru mereka ingin SBY menyelesaikan tugas-tugas kepresidenannya sampai 2014 mendatang.

"Kalau kita berada ditengah masyarakat yang tidak puas dengan kepemimpinan beliau, maka pada pemilihan umum yang akan datang carilah pemimpin yang kita anggap katakanlah lebih baik," tutup Akbar.

Sebelumnya, Presiden SBY dijadwalkan membuka acara kongres HMI di Hotel Borobudur Jakarta. Namun, akhirnya batal dan digantikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M Nuh.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, penetapan Anas Urbaningrum sebagai tersangka kasus korupsi proyek Hambalang memicu sejumlah aksi unjuk rasa di sejumlah wilayah di Indonesia. Solidaritas terhadap Anas digalang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Anas diketahui pernah menjabat sebagai ketua umum HMI periode 1997 - 1999.

Organisasi mahasiswa itu menilai, penetapan Anas sebagai tersangka sarat dengan muatan politis. Meskipun, KPK membantah adanya intervensi dalam penetapan Anas sebagai tersangka, HMI tetap melihat adanya tekanan kepada KPK dari lingkaran kekuasaan.

"Terlibat atau tidak, kami melihat ada tekanan dalam penetapan Anas sebagai tersangka," kata ketua HMI cabang Bandar Lampung Muslim Basyar, Senin 25 Februari 2013 lalu.

Selain itu, kata Muslim, HMI menilai penetapan anas sebagai tersangka dugaan korupsi hambalang itu penuh konspirasi. "Ada intervensi sehingga KPK cenderung tidak netral," katanya.

Muslim berharap KPK tidak menjadi alat politik segelintir orang. Ia mencontohkan masih banyak kasus-kasus yang melibatkan keluarga istana yang belum selesai. "Skandal Century misalnya, KPK tidak berbuat apa-apa. KPK harus netral," katanya.

Terkait itu, Muslim menambahkan, HMI se-Lampung akan menggelar aksi mendesak KPK bersikap netral dan tidak menjadi alat politik orang-orang tertentu.

Sementara itu, di Jawa Timur, belasan kader HMI menggelar aksi unjuk rasa. Di Jombang, mahasiswa dari HMI dua kabupaten, yakni Kabupaten Jombang dan Mojokerto menggelar aksi unjukrasa di Simpang Tiga Ringin Contong Kota Jombang.

Mereka memprotes sikap presiden Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) yang terlalu sibuk dengan urusan partai dan melupakan pekerjaannya sebagai presiden. Mahasiswa menuding banyak orang di sekitar SBY yang terlibat korupsi, namun Presiden tebang pilih dan tidak menindak mereka secara tegas. Mereka juga menuntut presiden bekerja lebih baik mengurusi rakyatnya dan tidak melulu mengurusi partai.

Sumber :
http://news.okezone.com/read/2013/03/15/339/776319/akbar-tandjung-tegaskan-hmi-tak-anti-sby



BIOGRAFI LAFRAN PANE "PENDIRI HMI"


BIOGRAFI LAFRAN PANE

Lafran Pane lahir di kampung Pagurabaan, Kecamatan Sipirok, yang terletak di kaki gunung Sibual-Bual, 38 kilometer kearah utara dari Padang Sidempuan, Ibu kota kabupaten Tapanuli Selatan, dia merupakan tokoh pendiri organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Sebenarnya Lafran Pane lahir di Padangsidempuan 5 Februari 1922. Untuk menghindari berbagai macam tafsiran, karena bertepatan dengan berdirinya HMI Lafran Pane mengubah tanggal lahirnya menjadi 12 April 1923. Sebelum tamat dari STI Lafran pindah ke Akademi Ilmu Politik (AIP) pada bulan April 1948. Setelah Universitas Gajah Mada (UGM) dinegerikan tanggal 19 desember 1949, dan AIP dimasukkan dalam fakultas Hukum, ekonomi, sosial politik (HESP).

Dalam sejarah Universitas Gajah Mada (UGM), Lafran termasuk dalam mahasiswa-mahasiswa yang pertama mencapai gelar sarjana, yaitu tanggal 26 januari 1953. Dengan sendirinya Drs. Lafran pane menjadi Sarjana Ilmu Politik yang pertama di Indonesia. Mengenai Lafran Pane Sujoko Prasodjo dalam sebuah artikelnya di majalah Media nomor : 7 Thn. III. Rajab 1376 H/ Februari 1957, menuliskan :” Sesungguhnya, tahun-tahun permulaan riwayat HMI adalah hampir identik dengan sebagian kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang punya andil terbanyak pada mula kelahiran HMI, kalau tidak boleh kita katakan sebagai tokoh pendiri utamanya”.

Semasa di STI inilah Lafran Pane mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (hari rabu pon, 14 Rabiul Awal 1366 H /5 Februari 1947 pukul 16.00). HMI merupakan organisasi mahasiswa yang berlabelkan “islam” pertama di Indonesia dengan dua tujuan dasar. Pertama, Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Dua tujuan inilah yang kelak menjadi pondasi dasar gerakan HMI sebagai organisasi maupun individu-individu yang pernah dikader di HMI.

Jika dinilai dari perspektif hari ini, pandangan nasionalistik rumusan tujuan tersebut barangkali tidak tampak luar biasa. Namun jika dinilai dari standar tujuan organisasi-organisasi Islam pada masa itu, tujuan nasionalistik HMI itu memberikan sebuah pengakuan bahwa Islam dan Keindonesiaan tidaklah berlawanan, tetapi berjalin berkelindan. Dengan kata lain Islam harus mampu beradaptasi dengan Indonesia, bukan sebaliknya. Dalam rangka mensosialisasikan gagasan keislaman-keindonesiaanya. Pada Kongres Muslimin Indonesia (KMI) 20-25 Desember 1949 di Jogjakarta yang dihadiri oleh 185 organisasi alim ulama dan Intelegensia seluruh Indonesia, Lafran Pane menulis sebuah artikel dalam pedoman lengkap kongres KMI (Yogyakarta, Panitia Pusat KMI Bagian Penerangan, 1949, hal 56). Artikel tersebut berjudul “Keadaan dan Kemungkinan Kebudayaan Islam di Indonesia”.

Dalam tulisan tersebut Lafran membagi masyarakat islam menjadi 4 kelompok. Pertama, golongan awam , yaitu mereka yang mengamalkan ajaran islam itu sebagai kewajiban yang diadatkan seperti upacara kawin, mati dan selamatan. Kedua, golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang ingin agama islam dipraktekan sesuai dengan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W. Ketiga, golongan alim ulama dan pengikutnya yang terpengaruh oleh mistik. Pengaruh mistik ini menyebabkan mereka berpandangan bahwa hidup hanyalah untuk akhirat saja. Mereka tidak begitu memikirkan lagi kehidupan dunia (ekonomi, politik, pendidikan). Sedangkan golongan keempat adalah golongan kecil yang mecoba menyesuaikan diri dengan kemauan zaman, selaras dengan wujud dan hakikat agama Islam. Mereka berusaha, supaya agama itu

benar-benar dapat dipraktekan dalam masyarakat Indonesia sekarang ini.

Lafran sendiri meyakini bahwa agama islam dapat memenuhi keperluan-keperluan manusia pada segala waktu dan tempat, artinya dapat menselaraskan diri dengan keadaan dan keperluan masyarakat dimanapun juga. Adanya bermacam-macam bangsa yang berbeda-beda masyarakatnya, yang terganting pada faktor alam, kebiasaan, dan lain-lain. Maka kebudayaan islam dapat diselaraskan dengan masyarakat masing-masing.

Sebagai muslim dan warga Negara Republik Indonesia, Lafran juga menunjukan semangat nasionalismenya. Dalam kesempatan lain, pada pidato pengukuhan Lafran Pane sebagai Guru Besar dalam mata pelajaran Ilmu Tata Negara pada Fakultas Keguruan Ilmu Sosial, IKIP Yogyakarta (sekarang UNY), kamis 16 Juli 1970, Lafran menyebutkan bahwa Pancasila merupakan hal yang tidak bisa berubah. Pancasila harus dipertahankan sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Namun ia juga tidak menolak beragam pandangan tentang pancasila, Lafran mengatakan dalam pidatonya:

       ” Saya termasuk orang yang tidak setuju kalau Pemerintah atau MPR mengadakan interprestasi yang tegar mengenai pancasila ini, karena dengan demikian terikatlah pancasila dengan waktu. Biarkan saja setiap golongan mempunyai interpretasi sendiri-sendiri mengenai pancasila ini. Dan interpretasi golongan tersebut mungkin akan berbeda-beda sesuai dengan perkembangan zaman. Adanya interpretasi yang berbeda-beda menunjukan kemampuan pancasila ini untuk selam-lamanya sebagai dasar (filsafat) Negara “. (hal.6)

Dari tulisan diatas nampak Lafran sangat terbuka terhadap beragam interpretasi terhadap pancasila, termasuk pada Islam. Islam bertumpu pada ajarannya memiliki semangat dan wawasan modern, baik dalam politik, ekonomi, hukum, demokrasi, moral, etika, sosial maupun egalitarianisme. Egalitarianisme ini adalah faktor yang paling fundamental dalam Islam, semua manusia sama tanpa membedakan warna kulit, ras, status sosial-ekonomi. Wajah islam yang seperti ini selazimnya dapat dibingkai dalam wadah keindonesiaan. Wawasan keislaman dalam wadah keindonesiaan akan sesuai dengan perkembangan waktu dan tempat. Untuk kepentingan manusia kontemporer diseluruh jagat raya ini sebagai rahmatan lil alamin.

Setiap 25 Januari, sebuah organisasi bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) akan mengenang satu orang: Prof. Drs. H. Lafran Pane. Dia pemrakarsa berdirinya HMI, organisasi yang banyak melahirkan sumber daya manusia (SDM) terbaik di negeri ini, juga punya andil besar terhadap lahirnya proklamasi. Pada 25 Januari 1991, beliau meninggal dunia. Singkat kata, Lafran Pane Layak dijadikan tokoh nasional bahkan pahlawan nasional. Kerana HMI Organisasi yang didieikannya telag lahir tokoh-tokoh bangsa di negeri ini seperti seperti Dahlan Ranuwiharjo, Deliar Noer, Nurcholish Madjid, Ahmad Syafi Maarif, Kuntowijoyo, Endang Syaifuddin Anshori, Chumaidy Syarif Romas, Agussalim Sitompul, Dawam Rahardjo, Immaduddin Abdurrahim, Ahmad Wahib, Djohan Effendi, Ichlasul Amal, Azyumardi Azra, Fachry Ali, Bahtiar Effendy, dll,

Terdapat juga tokoh-tokoh sosial-ekonomi-politik seperti HMS Mintaredja, M,Sanusi, Bintoro Cokro Aminoto, Ahmad Tirtosudiro, Amir Radjab Batubara, Mar’ie Muhammad, Sulastomo, Ismail Hasan Metareum, Hamzah Haz, Bachtiar Hamzah, Ridwan Saidi, Jusuf Kalla, Amien Rais, Akbar Tanjung, Fahmi Idris, Mahadi Sinambela, Ferry Mursyidan Baldan, Hidayat Nur Wahid, Marwah Daud Ibrahim, Munir SH, Adyaksa Dault, Abdullah Hemahua, Yusril Ihza Mahendra, Syaifullah Yusuf, Bursah Jarnubi, Hamid Awwaluddin, Jimlie Asshiddiqi, Anas Urbaningrum, dan masih banyak lagi.

Referensi :
http://kolom-biografi.blogspot.com/2012/03/biografi-lafran-pane-pendiri-hmi.html

MAKNA LAMBANG HMI


Lambang HMI diciptakan oleh seorang kader HMI Cabang Bandung, Ahmad Sadali. Lahir di Garut Jawa Barat pada 1924, Ahmad Sadali dikemudian hari menjadi Guru Besar di Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga wafat pada 1987.

Bentuk Huruf Alif:Alif sebagai huruf hidup, melambangkan optimisme kehidupan HMI.

Huruf Alif merupakan angka 1 (satu) sebagai lambang tauhid.

Bentuk Perisai:

Lambang Kepeloporan HMI.

Bentuk Jantung:

Jantung adalah pusat kehidupan manusia. Sebagai lambang fungsi perkaderan HMI.
Bentuk Pena:

Melambangkan bahwa HMI organisasi mahasiswa yang senantiasa haus akan ilmu pengetahuan & teknologi.
Gambar Bulan Bintang:

Melambangkan kejayaan umat Islam seluruh dunia.
Warna Hijau:

Melambangkan keimanan dan kemakmuran.
Warna Hitam:

Melambangkan ilmu pengetahuan.
Kesimbangan Warna Hijau dan Hitam:

Melambangkan keseimbangan, hakiki kepribadian HMI.
Warna Putih:

Melambangkan kemurnian dan kesucian perjuangan HMI.
Puncak Tiga:

Lambang Islam, Iman dan Ikhsan.

Lambang Iman, Ilmu dan Amal.

Tulisan HMI:Singkatan dari Himpunan Mahasiswa Islam.

LIRIK LAGU DARAH JUANG

DARAH JUANG

Di sini negeri kami,

Tempat padi terhampar,

Samuderanya kaya raya,

Negeri kami subur Tuhan

Di negeri permai ini,

Berjuta rakyat bersimbah luka,

Anak kurus tak sekolah,

Pemuda desa tak kerja,

Reff:

Mereka dirampas haknya,

Tergusur dan lapar,

Bunda relakan darah juang kami,

Tuk membebaskan rakyat,

Padamu kami berbakti,

Padamu kami mengabdi,


Note :
Lagu ini adalah lagu yang selalu diajarkan untuk kader LK I HMI.
Selain hymne HMI

HYMNE HMI

HYMNE HMI


bersyukur dan ikhlas
himpunan mahasiswa islam
yakin usaha sampai
untuk kemajuan
hidayah dan taufik
bahagia HMI...

berdoa dan ikhlas
menjungjung tinggi siar islam
turut qur'an dan hadist
jalan keselamatan
ya Allah berkati..
bahagia HMI....